Akibat panen yang terus gagal, dan tak cukup penghasilan untuk makan, maka pasangan muda ini melakukan bonek (bondo nekat) hijrah ke Surabaya. Gemerlap kota terbesar kedua di Indonesia itu memberikan harapan kepada Parto, “akan kutaklukan Surabaya” katanya dalam hati. Namun malang… sebulan di Surabaya, mereka tak berhasil mendapat kerjaan, sehingga akhirnya Parto dengan amat sangat terpaksa, minta kepada Sri agar mau ngalah berkorban, jadi WTS. Sri mula-2 nggak mau, tapi desakan ekonomi tak bisa ditahan lagi, akhirnya ia bersedia, dengan syarat agar Parto selalu mendampinginya. Akhirnya di seputaran Doly, Sri mejeng untuk pertama kalinya. Tak lama, sebuah angkot datang menghampiri…. sopirnya kesengsem dengan paras Sri yang ayu alamiah….
“Jeng… berapa tarifnya ?” tanya si sopir.
Sri kaget… karena emang tanpa persiapan mateng, sampe mo pasang tarif berapa juga kagak tahu, akhirnya ia menoleh ke belakang pohon tempat Parto mengawasinya dari jauh.
‘Bentar Mas.. ‘ katanya pada sopir angkot.
Ia menghampiri Parto, minta nasihat ….
Parto bilang : “Sri… kowe minta lima puluh ribu”
Sri kembali lagi ke sopir angkot dan bilang :
“lima puluh ribu mas…..”
“Wah… mahal yah….. awakku cuma ada 30 ribu…. boleh nggak…..”
Sri bingung lagi… dan ia kembali ke balik pohon tanya Parto
”Mas… dia punyanya cuman tiga puluh ribu… gimana?”
Parto nyahut : “Bilang deh… kalo 30 ribu ya cuman dapat service tangan”
Sri balik lagi : “Mas… tiga puluh ribu pake tangan aja mau ?”
Sopir yg udah kebelet… setuju….
Mobil diparkir di tempat gelap…. dan di kursi depan si sopir mempelorotkan celananya. Giliran Sri akan melaksanakan tugasnya, ia terkesima melihat anunya si sopir yang besar sekali…dan ia bilang kepada si Sopir : “Mas…tunggu sebentar ya……”
Ia buru-buru balik lagi ke tempat Parto bersembunyi dan bilang kepada suaminya : “Mas Parto….sampeyan ada duit 20 ribu nggak? Kalo ada mbok ya tolong dipinjamkan dulu sama sopir itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar